Sejarah


SEJARAH INABAH
Pondok Pesantren Suryalaya didirikan pada hari Kamis, 5 September 1905 bertepatan dengan tanggal 7 Rajab 1323 H oleh Almarhum Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang populer dengan sebutan Abah Sepuh Secara geografis Pondok Pesantren Suryalaya berada di hulu sungai Citanduy yang sejuk pada ketinggian sekitar tujuh ratus di atas permukaan laut. Pesantren ini terletak di kampung Godebag Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya dengan jarak sekitar 30 km dari ibukota kabupaten dan sekitar 180 km ke arah timur dari Bandung ibukota Propinsi jawa Barat.
Pondok Pesantren Suryalaya, layaknya sebagai suatu pesantren yang mengakar kuat pada paham tradisionalisme mempunyai ciri-ciri umum dan asli sebagai suatu pesantren pada umumnya yang meliputi unsur: Kyai, mesjid, madrasah, pondok tempat menginap para santri, ada santri sebagai peserta didik dan pengkajian berbagai kitab kuning baik dengan sistem sorogan, bandungan, maupun klasikal. Adapun yang membedakan dengan pondok pesantren umumnya, yaitu adanya kekhasan sebagai salah satu pusat pengembangan Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN), dimana sepeninggalnya Abah Sepuh kepemimpinan pesantren dan Tarekatnya dilanjutkan oleh salah seorang putranya yang bernama KH.Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin atau yang lebih populer dengan sebutan Abah Anom.
Secara global kegiatan Pondok Pesantren Suryalaya dapat dibagi kepada tiga pokok aktivitas, yaitu: pendidikan, pelayanan sosial, dan pengembangan dakwah khususnya melalui metode tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah. Segi pelayanan sosial sebenarnya muncul sebagai fungsi otomatis bahwa Pondok Pesantren Suryalaya biasanya dikunjungi oleh berbagai lapisan warga masyarakat. Mula-mula warga masyarakat terdekat sekitar pesantren, kemudian datang warga masyarakat dari jauh. Maksud kedatangan mereka selain meminta fatwa masalah agama, juga menanyakan sekitar berbagai persoalan hidup dan kehidupan kepada Abah Sepuh. Abah Sepuh mempunyai fungsi ganda selain sebagai Kyai pemimpin Pondok Pesantren Suryalaya juga sebagai figur tokoh masyarakat tempat mengadu dan berkonsultasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Disini terlihat jelas fungsi lain dari Pondok Pesantren dengan figur Abah Sepuh yaitu sebagai tempat mengadukan berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat. Kondisi demikian terus berlangsung sejak awal periode kepemimpinan Abah Sepuh ( 1905 – 1950 ) sampai kepemimpinan sekarang (kepemimpinan Abah Anom ), dimana para tamu dari berbagai daerah termasuk luar negri datang ke Pondok Pesantren Suryalaya setiap hari.
Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya mulai mengalami perkembangan sangat pesat sejak kepemimpinan Abah Anom mulai tahun 1950. Beliau merupakan putra Abah Sepuh kelima yang lahir pada tanggal 1 Januari 1915 di Suryalaya. Berbagai upaya dilaksanakan demi kemajuan Pondok Pesantren, diantaranya mendirikan Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya pada tahun 1961 dengan tujuan untuk menunjang kegiatan pesantren agar dapat berkembang dengan cepat dan didirikannya berbagai jenis jenjang pendidikan formal, non formal maupun informal yang meliputi penyelenggaraan pendidikan Usia Dini (Paud), Taman kanak-kanak, Madrasah Diniah, Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Pengajian Tradisional,Perguruan Tinggi Latifah Mubarokiyah yang meliputi fakultas Tarbiyah, Syariah, Dakwah, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. Bahkan rencana ke depannya diharapkan berdiri ULAMA (Universitas Islam latifah Mubarokiyah). Upaya percepatatan ini sangat gemilang, karena dalam rentang waktu tidak lama, Pondok Pesantren Suryalaya mampu berkembang sangat cepat hingga terkenal baik dalam skala nasional maupun internasional.
Ada tiga hal yang menjadikan titik episentrum terkenalnya Pondok Pesantren Suryalaya secara nasional maupun internasional, yaitu :
a. Pondok Pesantren Suryalaya selalu menjaga konsistensi secara utuh ciri khas akar tradisionalisme pesantren sekaligus menyambungkannya atau mengidentifikasi diri dengan perkembangan modern terutama dalam bidang pendidikan.
b. Menjaga ciri khas identitas warisan pendiri Pondok Pesantren Suryalaya sebagai pesantren yang mengembangkan tarekat, khususnya Tarekat Qodiriyan Nasyabandiyah (TQN).
c. Tetap menjaga fungsi pesantren dalam pelayanan sosial, terutama dari pribadi Abah Anom dengan segala kharismanya. Cikal bakal pelayanan sosial terhadap masyarakat yang dirintis Abah Sepuh dilestarikan dan diteruskan Abah Anom dengan segala kejeniusannya membaca situasi dan kondisi perkembangan masyarakat dan tanggap terhadap berbagai problema yang dihadapi masyarakat. Ini terlihat jelas dengan dibukanya Pondok Remaja Inabah sebagai pusat perawatan remaja korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya yang marak di masyarakat ketika itu, bahkan masih menjadi problema nasional maupun internasional dewasa ini.
Kondisi demikian mendorong berdirinya Pondok Remaja inabah sekitar 1972-an, dimana waktu itu Abah Anom sering kedatangan warga masyarakat dari berbagai kota besar, khususnya dari Jakarta yang ingin menitipkan anak remajanya secara khusus. Anak remaja yang mereka titipkan bukan untuk dipesantrenkan sebagaimana anak-anak lain yang ingin menjadi santri di pesantren. Mereka adalah anak remaja yang mempunyai prilaku menyimpang dan terlihat tingkat kenakalannya melebihi batas kenakalan remaja pada umumnya ditambah kemampuan berpikir dan daya ingatnya sangat lemah, diakibatkan menjadi korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Lama kelamaan jumlah anak yang dititipkan semakin terus meningkat, padahal mereka tidak bisa disatukan dengan para santri biasa yang ada di pesantren. Untuk mensiasati kondisi demikian, maka Abah Anom mengambil langkah mendirikan Pondok Remaja Inabah sebagai tempat khusus pembinaan dengan menggunakan kurikulum dan materi khusus TQN untuk membinanya.
Untuk lebih mengokohkan eksistensi Pondok Remaja Inabah yang sangat diperlukan dalam kondisi maraknya pengaruh NAPZA yang semakin menghawatirkan bagi keselamatan dan masa depan bangsa, maka pada tanggal 28-29 Desember 1980 Pondok Pesantren Suryalaya mengadakan Seminar dan lokakarya (Semiloka) tentang: “ Penanggulangan Bahaya penyalahgunaan Narkotika dan kenakalan Remaja “. Semiloka ini melibatkan berbagai unsur, seperti: Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Kehakiman, Departemen Agama, Departemen Penerangan, Departemen pendidikan, Departemen Pertahanan dan keamanan, dan beberapa orang dosen IAIN Sunan Gunung Jati Bandung. Departemen – departemen tersebut tergabung secara lintas sektoral dalam Badan Koordinasi Pelaksanaan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Bakorlak Inpres) No.6 tahun 1971.Semiloka tersebut menghasilkan dua kesimpulan yang sangat penting, yaitu:
1. Menegaskan pemakaian nama Pondok Remaja Inabah untuk perawatan khusus anak bina korban penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya, dibawah naungan Pondok Pesantren Suryalaya dan diketahui secara resmi serta dilindungi oleh Pemerintah.
2. Menegaskan metode perawatan bagi remaja korban pernyalahgunaan narkotika dengan sebutan Inabah. Metode ini adalah model asli yang diciptakan oleh Abah Anom, diturunkan dari ajaran Tasawwuf TQN.Metode ini menjadi pedoman untuk penyusunan kurikulum dan ko-kurikulum pembinaan di Pondok Remaja Inabah yang harus dilengkapi dengan piranti-piranti keras seperti musholla (mesjid), rumah pembina, asrama anak bina, air dan sarana lainnya.
Dari hari ke hari Pondok Remaja Inabah ini terus berkembang jumlahnya sampai ke luar negeri (Malaysia dan Singapura) serta tidak hanya didatangi oleh masyarakat yang ingin menitipkan anaknya akibat penyalahgunaan napza, tetapi ada juga anak muda dan orang-tua yang datang ingin sembuh akibat berbagai persoalan hidup lainnya, seperti akibat stress, depresi, dan lainnya. Dari data di Bagian Inabah Pusat jumlah Pondok Remaja Inabah sampai sekarang adalah 25 tempat yang tersebar di berbagai daerah dan luar negeri.( Dari berbagai sumber).

0 komentar:

Posting Komentar